Sudah ratusan ribu batang rokok dihisap Helda Suhenda selama 32 tahun. Gara-gara merokok, tubuhnya sering sakit, batuk-batuk dan terus bertengkar dengan sang istri. Tapi si pecandu rokok itu kini telah tobat.
Di usianya yang ke-48 tahun, Helda mengaku telah menyia-nyiakan dua pertiga hidupnya hanya untuk batang tembakau dan nikotin.
"Saya merokok sejak usia 16 tahun, dan saya menjadi pecandu rokok selama 32 tahun," ujur Helda Suhenda, SE, seorang mantan perokok, dalam acara Talkshow bertajuk "Peran Perempuan dalam Menanggulangi Masalah Rokok dalam Keluarga" di RSUP Persahabatan, Jakarta, Selasa (4/5/2010).
Untunglah Helda punya istri yang tidak pernah putus asa membimbingnya agar berhenti merokok. Tidak ada kata terlambat meskipun lebih dari separuh hidupnya ketagihan rokok. Sedikitnya 2 bungkus rokok selalu habis dibakar dalam satu hari.
Helda menuturkan, keberhasilannya berhenti merokok tak terlepas dari peran istrinya yang memberi dukungan penuh.
"Saya suka sedih kalau ingat istri saya selalu bangun tengah malam hanya untuk merawat saya yang merasa sakit gara-gara rokok," ujar pria yang kini telah benar-benar berhenti merokok.
Selama menjadi pecandu rokok, tiap malam Helda merasakan batuk serta berbagai penyakit lainnya. Tak hanya itu, rokok juga selalu menjadi pemicu utama pertengkaran dengan istrinya.
"Saking kesalnya, istri saya pernah menantang pilih rokok atau saya. Jika pilih rokok mending cerai saja," ujar salah satu peserta program 'Qiutters are Champions' yang diadakan oleh RSUP Persahabatan tahun lalu.
Menurut Helda, ancaman istrinya memang demi kebaikannya. Istrinya tak pernah berhenti mengingatkannya akan bahaya merokok, tapi sangat sulit baginya untuk berhenti merokok.
Tapi dengan tekad bulat, Helda akhirnya ingin berhenti merokok dan mengikuti program 'Qiutters are Champions' yang diadakan oleh RSUP Persahabatan tahun lalu. Dan istrinya sangat mendukung keinginan itu.
Dalam program 'Qiutters are Champions', selama tiga bulan ia mendapatkan terapi dalam sesi konsultasi dan konseling di bawah pengawasan tim medis dari Klinik Berhenti Merokok RSUP Persahabatan. Dan kini ia telah benar-benar dapat berhenti merokok.
Selama 3 bulan melakukan terapi berhenti merokok, Helda mengalami berbagai rintangan setiap bulannya. Dalam bulan pertama memang tidak ditemukan masalah berarti hanya mengalami mual dan pusing yang bisa hilang dengan sendirinya dalam waktu satu jam. Tapi memasuki bulan kedua dia merasakan pusing dan mual yang lebih berat.
dr Tribowo Tuahta Ginting, Sp.KJ, Tim Berhenti Merokok dan psikiatri RSUP Persahabatan mengatakan, Helda berhasil berhenti merokok karena tekad dan kemauan yang kuat, serta juga dukungan positif dari sang istri. Kuncinya satu, tujuan yang jelas untuk dapat hidup sehat.
Sedangkan bagi dr Tri, ancaman yang dilakukan istri Helda tak selamanya berlaku untuk pecandu rokok lain.
Di usianya yang ke-48 tahun, Helda mengaku telah menyia-nyiakan dua pertiga hidupnya hanya untuk batang tembakau dan nikotin.
"Saya merokok sejak usia 16 tahun, dan saya menjadi pecandu rokok selama 32 tahun," ujur Helda Suhenda, SE, seorang mantan perokok, dalam acara Talkshow bertajuk "Peran Perempuan dalam Menanggulangi Masalah Rokok dalam Keluarga" di RSUP Persahabatan, Jakarta, Selasa (4/5/2010).
Untunglah Helda punya istri yang tidak pernah putus asa membimbingnya agar berhenti merokok. Tidak ada kata terlambat meskipun lebih dari separuh hidupnya ketagihan rokok. Sedikitnya 2 bungkus rokok selalu habis dibakar dalam satu hari.
Helda menuturkan, keberhasilannya berhenti merokok tak terlepas dari peran istrinya yang memberi dukungan penuh.
"Saya suka sedih kalau ingat istri saya selalu bangun tengah malam hanya untuk merawat saya yang merasa sakit gara-gara rokok," ujar pria yang kini telah benar-benar berhenti merokok.
Selama menjadi pecandu rokok, tiap malam Helda merasakan batuk serta berbagai penyakit lainnya. Tak hanya itu, rokok juga selalu menjadi pemicu utama pertengkaran dengan istrinya.
"Saking kesalnya, istri saya pernah menantang pilih rokok atau saya. Jika pilih rokok mending cerai saja," ujar salah satu peserta program 'Qiutters are Champions' yang diadakan oleh RSUP Persahabatan tahun lalu.
Menurut Helda, ancaman istrinya memang demi kebaikannya. Istrinya tak pernah berhenti mengingatkannya akan bahaya merokok, tapi sangat sulit baginya untuk berhenti merokok.
Tapi dengan tekad bulat, Helda akhirnya ingin berhenti merokok dan mengikuti program 'Qiutters are Champions' yang diadakan oleh RSUP Persahabatan tahun lalu. Dan istrinya sangat mendukung keinginan itu.
Dalam program 'Qiutters are Champions', selama tiga bulan ia mendapatkan terapi dalam sesi konsultasi dan konseling di bawah pengawasan tim medis dari Klinik Berhenti Merokok RSUP Persahabatan. Dan kini ia telah benar-benar dapat berhenti merokok.
Selama 3 bulan melakukan terapi berhenti merokok, Helda mengalami berbagai rintangan setiap bulannya. Dalam bulan pertama memang tidak ditemukan masalah berarti hanya mengalami mual dan pusing yang bisa hilang dengan sendirinya dalam waktu satu jam. Tapi memasuki bulan kedua dia merasakan pusing dan mual yang lebih berat.
dr Tribowo Tuahta Ginting, Sp.KJ, Tim Berhenti Merokok dan psikiatri RSUP Persahabatan mengatakan, Helda berhasil berhenti merokok karena tekad dan kemauan yang kuat, serta juga dukungan positif dari sang istri. Kuncinya satu, tujuan yang jelas untuk dapat hidup sehat.
Sedangkan bagi dr Tri, ancaman yang dilakukan istri Helda tak selamanya berlaku untuk pecandu rokok lain.
0 komentar:
Posting Komentar